Haru di Jogja
12.42 Posted In traveling Edit This 0 Comments »
Saya ga pernah kenal nenek saya seperti apa. Ibu dari Bunda saya ini akrab dipanggil Emak sama anak-anaknya tapi saya ga pernah tau seperti apa baiknya dia, hanya dari cerita orang. Buyut saya (Ibu dari si Emak) adalah mantan koki Jendral Belanda di masa penjajahan dulu, turut menjadi pejuang bawah tanah sebagai mata-mata saya suka sekali mendengar ceritanya. Emak sudah pulang kepangkuan Tuhan di waktu Bunda saya masih pelajar. Yang saya tau dia sangat concern dengan masalah pendidikan anak-anaknya, maklum dia dari kota pelajar. Bunda saya sering bercerita dulu mereka sekeluarga kerap berlibur di jogja semasa Emak masih hidup. Kadang saya merasa rindu dengan orang yang ga pernah saya jumpai ini.
Menyambung posting yang lalu. Perjalanan saya ke Solo melewati kota Jogja, saya ingat sekali lagu Kla Project yang romantis itu mengiringi perjalanan kami. entah kenapa begitu tiba di jogja saya merasa haru dan sejenak merasa dekat sekali dengan si Emak, saya yang tidak pernah tau wujudnya saat itu merasa seolah saya jadi bagian hidupnya, saya berfikir mungkin tanah yang tengah saya injak ini pernah juga diinjak olehnya. sama ketika kamu rindu dengan kekasih tapi merasa dekat karena kamu melihat bintang yang sama. seperti itulah rasanya.
Bunda saya pun sempat menitikan air mata waktu kami tiba di prambanan dan berkata "dulu ada tukang gudeg yang jualan di pelataran candi, emak suka sekali. enak katanya"
saya merasa kangen sekali dengan emak.
sekarangpun begitu.
Menyambung posting yang lalu. Perjalanan saya ke Solo melewati kota Jogja, saya ingat sekali lagu Kla Project yang romantis itu mengiringi perjalanan kami. entah kenapa begitu tiba di jogja saya merasa haru dan sejenak merasa dekat sekali dengan si Emak, saya yang tidak pernah tau wujudnya saat itu merasa seolah saya jadi bagian hidupnya, saya berfikir mungkin tanah yang tengah saya injak ini pernah juga diinjak olehnya. sama ketika kamu rindu dengan kekasih tapi merasa dekat karena kamu melihat bintang yang sama. seperti itulah rasanya.
Bunda saya pun sempat menitikan air mata waktu kami tiba di prambanan dan berkata "dulu ada tukang gudeg yang jualan di pelataran candi, emak suka sekali. enak katanya"
saya merasa kangen sekali dengan emak.
sekarangpun begitu.
0 komentar:
Posting Komentar